Senin, 12 Agustus 2019

Filosofis Rukun Haji

Dalam Islam kita mengenal Al-Qur’an sebagai landasan hukum pertama, sedangkan Hadits sebagai landasan hukum kedua. Pada setiap amal perbuatan yang berkaitan ibadah kita mesti merujuk kepada sumber hukum, yakni dua landasan hukum tersebut. Dan jikalau kita cermati dan pelajari bahwa tidaklah Allah memerintahkan suatu amalan dapat dikatakan di sana mengandung sebuah ibrah atau hikmah yang dapat diambil pelajaran oleh umat Islam. seperti halnya ; kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan, dapat kita katakan bahwa amalan tersebut bertujuan untuk memelihara kesehatan, melangsingkan tubuh sampai dengan protes dalam mogok makan atau dalam berkabung. Puasa pada intinya adalah menahan diri untuk tidak melakukan apa yang terlarang menurut keyakinan atau pandangan pelakunya. Dan juga berpuasa bertujuan untuk menjadi bagian orang-orang yang bertakwa.

Pada kali ini, kita ingin membahas sedikit-banyak hal-hal apa saja yang terkait dengan ketentuan haji, hikmah-hikmah dibalik rukun haji dan mengulas kembali sejarah asal mula kewajiban haji tersebut.

 Dalam soal haji yang perlu digarisbawahi adalah Allah mewajibkan ibadah haji bagi yang mampu melaksanakannya sekali seumur hidup. Sebagimana firman Allah SWT :

وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ "

Artinya : “ dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki atau mengendarai setiap unta kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh. ” (QS. Al-Hajj {22}:27)

Ayat di atas menjadi bukti atas kewajiban ibadah haji bagi umat muslim, yang pada saat itu ayat tersebut diturunkan untuk nabi Ibrahim A.s.
Kemudian, kemampuan yang dimaksud di atas adalah:
               1.      Kemampuan material
               2.      Kemampuan fisik
         3.      Kemampuan pengetahuan ibadah haji dan kesiapan mental
Berdasarkan Ayat Al-Qur’an yang berbunyi:

وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ "

Artinya : “ dan kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah ke baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu dari seluruh alam). “

Selain dari ketiga jenis kemampuan itu, harus juga terjamin keamaan baik dalam perjalanan menuju dan kembali, ditempat yang dituju, serta saat pelaksanaan ibadah hingga selesai. Keamanan keluarga yang ditinggal pun harus menjadi pertimbangan jangan sampai karena ditinggal pergi mereka menderita. Sedangkan ulama menambahkan syarat lain bagi wanita, yaitu mahram yang mendampinginya dalam perjalanan tersebut. dalam madzhab syarat ini dinilai tidak ketat. Artinya perempuan masih bisa pergi haji dengan orang yang terpecaya yang mendampinginya dalam satu kelompok. Itu pun secara khusus bagi wanita-wanita yang dikhawatirkan akan mengalami kesulitan.

Filosofis Simbol-simbol Haji

            1.      Pakaian Ihram;

Pakaian memiliki aneka fungsi. Selain sebagai hiasan, juga untuk melindungi pemakai dari sengatan panas dan dingin serta menjadi pembeda antara seseorang dengan yang lain. perbedaan itu tidak hanya bersifat material saja, tetapi sering kali juga dalam profesinya: militer atau sipil, angkatan udara, polisi, dan angkatan laut dan lain-lain. penanggalan pakaian sehari-hari menjadi symbol bahwa yang datang kepada Allah harus menanggalkan pakaian pembedanya dengan manusia lain. semua sama di hadapan Allah.

            2.      Melakukan Thawwaf

Thawwaf berkeliling ka’bah kea rah yang bertentangan dengan jarum jam ini melambangkan peleburan diri manusia bersama semua makhluk dalam kepatuhan kepada Allah sw. memang segala sesuatu mengarah kepada-Nya.

وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَظِلَالُهُمْ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ "

Artinya : “ dan semua sujud kepada Allah baik yang di langit maupun yang di bumi, baik dengan kemauan sendiri maupun terpaksa bayang-bayang mereka, pada waktu pagi dan petang hari. “ (QS. Al-ra’d {13}:15)

Menurut penelitian Elektron, cairan-cairan yang berada sel makhluk, bulan beredar mengelilingi bumi. Matahari dan bulan beredar mengelilingi galaksi dengan cara yang sama, yakni seperti cara Rasul berthawaf.

           3.      Melakukan Sa’I

Secara harfiah artinya usaha bersungguh-sungguh atau berjalan dengan sedikit cepat. Tempat sa’I adalah tempat ibunda hajar, istri Nabi Ibrahim A.s pergi mencari air untuk anaknya Ismail yang sedang kehausan. Sebab dahulu Nabi Ibrahim meletakkan Ibu Hajar di lembah yang gersang, tidak ada air sedikit pun. Ia lari dari bukit shafa ke bukit marwah mencari air tersebut.
Sa’I dilakukan yang intinya adalah menggambarkan bahwa tugas manusia melakukan usaha semaksimal mungkin dalam hal apapun. Jika ini dilakukan, yakinlah bahwa Allah akan membantu bantuan serupa seperti yang dialami oleh Ibunda Hajar.

           4.       Wuquf di Arafah

Arafah arena perenungan. Di sanalah Jemaah haji merenung tentang Tuhan dan panggilan-Nya serta tujuan panggilan itu. Merenung adalah denyut kehidupan rohani. Sebagaimana hidup jasmani ditandai denyut jantung maka hidup ruhani pun demikian. Tanpa renungan kehidupan ruhani pun berhenti, dan makna hidup menjadi kabur. Bila itu terjadi hari-hari di pentas bumi ini akan menjadi sia-sia.

           5.      Menggunting Rambut Cukur (Tahallul)

Tahallul merupakan tahap akhir pelaksanaan ibadah haji. Ibadah ini dijadikan lambing keamanan dan kedamaian. Rambut, yang biasanya hitam itu diibaratkan sebagai dosa-dosa yang telah dilakukan oleh manusia. mencukurnya bagaikan menanggalkan dosa-dosa itu dari diri yang bersangkutan.

Kesimpulan:

Dari paparan singkat di atas, paling tidak ini adalah rangkaian ibadah yang mesti dilalui oleh Sang haji untuk menjadikan hajinya dapat diterima di sisi Allah swt. Dan pada momen dan waktu mendekati hari-hari haji, sudah semestinya seorang muslim membaca peristiwa-peristiwa zaman nabi terdahulu untuk agar dapat dipelajari dan diambil hikmah dari apa yang mereka lakukan. Tidak lain, tidak bukan itu semua adalah telah diperintakan oleh baginda Muhammad saw. pada umatnya untuk senantiasa menuntut ilmu yang khususnya terkait dengan setiap ibadah ritual yang akan, sedang ia lakukan. Wa Allahu a’lam




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Islamic Ethics

Kata ‘Ethic’ dalam bahasa Inggris didefinisikan sebagai etika, akhlak, atau budi pekerti. Tidak sedikit kata bahasa Indonesia merupakan ...