Selasa, 04 September 2018

Ke Mesir, Apa yang kau cari?

Egypt dalam istilah bahasa inggris yang berartikan Negara mesir memiliki banyak julukan diantaranya adalah negeri kinanah, negeri pada nabi, negeri cleopatra dan masih banyak lagi. Bahkan nama mesir pun telah banyak disebutkan di dalam Al-Qur’an diantaranya adalah sebagai berikut : 

وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى وَأَخِيهِ أَنْ تَبَوَّآ لِقَوْمِكُمَا بِمِصْرَ بُيُوتًا وَاجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قِبْلَةً وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَبَشِّرِ 
الْمُؤْمِنِينَ (87)

“ Dan Kami Wahyukan kepada Musa AS dan saudaranya : “ Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di mesir untuk tempat tinggal bagi kaum mu dan jadikanlah olehmu rumah –rumah mu itu tempat shalat dan dirikanlah olehmu shalat serta gemberikanlah orang-orang yang beriman. “ ( Q. 10 : 87 )

وَقَالَ الَّذِي اشْتَرَاهُ مِنْ مِصْرَ لِامْرَأَتِهِ أَكْرِمِي مَثْوَاهُ عَسَى أَنْ يَنْفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا وَكَذَلِكَ مَكَّنَّا لِيُوسُفَ فِي الْأَرْضِ وَلِنُعَلِّمَهُ مِنْ تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (21)

“ Dan orang mesir yang membelinya berkata kepada isterinya : “ berikanlah kepada tempat ( dan layanan ) yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak.” Dan demikian pula kami memberikan kedudukan yang baik kepada yusuf di muka bumi ( Mesir ), dan agar kami ajarkan kepada tabir mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui-nya. “

فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَى يُوسُفَ آوَى إِلَيْهِ أَبَوَيْهِ وَقَالَ ادْخُلُوا مِصْرَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ (99)

“ Maka, tatkala mereka masuk ( bertemu ) yusuf , yusuf merangkul dua ibu bapanya dan dia berkata : “ Masuklah kamu ke negeri mesir, Insya allah dalam keadaan aman. “

وَنَادَى فِرْعَوْنُ فِي قَوْمِهِ قَالَ يَا قَوْمِ أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَذِهِ الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِنْ تَحْتِي أَفَلَا تُبْصِرُونَ (51)

“ Dan Fir’aun berseru kepada kaum nya ( seraya ) berkata : “ Wahai kaumku, bukankah kerajaan mesir ini kepunyaanku dan ( bukankah ) sungai-sungai mengalir dibawahku, maka apakah kamu tidak melihatnya ? ”
Ini semua adalah sebuah keistimewaan yang diberikan oleh Alllah SWT untuk Negari Para Nabi, Mesir.
Dari tema yang saya pilih, paling tidak ada tiga poin besar yang ingin penulis sampaikan kepada pembaca sekalian.

Poin Pertama adalah mengenai tentang Wajibul waqti. Sebuah identitas diri yang sekarang sedang kita jalani itu menjadi amat penting untuk kita pahami, ketahui dangan benar sesuai apa yang semestinya. wajibul waqti itu makna singkatnya adalah sesuatu yang menjadi kewajiban kita yang sedang kita jalani. Cara mengetahui yang menjadi wajibul waqti kita adalah dengan cara melihat status kita saat ini sebagai apa. misalnya saja ;
yang pertama Sebagai Hamba Allah, Sudahkah kita menunaikan kewajiban kita terhadap apa yang telah diperintahkan dan dilarang oleh tuhan yang telah menciptakan kita ? Renungkanlah !
yang kedua sebagai seorang Anak bagi kedua orang tua kita, Sudahkan kita sebagai anak telah membuat orang tua kita bahagia atas prestasi yang kita raih, sudahkan memenuhi hal-hal yang menjadi kewajiban kita terhadap kedua Orang tua kita ?  
yang ketiga sebagai seorang pelajar agama, lebih spesifik lagi seorang pelajar yang sedang menekuni ilmu dalam bidang hadits, Sudahkah kita menguasai istilah-istilah dalam ilmu hadits atau hal-hal yang berkaitan dengan ilmu hadits ? Sudahkan bisa dapat dikatakan bahwa kita telah sampai kepada tujuan utama seorang pelajar yang memperdalami ilmu hadits ?.
yang keempat sebagai seorang suami bagi istri (bagi yang sudah), sebagai seorang istri (bagi yang sudah), sudahkah kita menjalani apa saja yang menjadi keharusan kita terhadap suami atau istri kita. ditambah lagi sebagai ini, sebagai itu dan masih banyak lagi.
            Dari beberapa penggalan pertanyaan tersebut maka benar ungkapan mahsyur yang mengatakan “ Al-wajibatu aktsar minal awqat “ bahwa pada hakikatnya kewajiban kita itu lebih banyak dari waktu yang kita miliki. Setelah kita mengetahui, merenungi, serta memahami apa yang menjadi status kita saat ini. Lalu kemudian timbul pertanyaan, Apakah kita sudah menjalani yang menjadi kewajiban kita semua ? jika belum, maka, laksanakan apa yang menjadi kewajiban kita karena hidup akan terasa tenang, tidak merasa memliki hutang sekalipun kita di tuduh orang.

Poin kedua adalah berkaitan dengan pilihan kita, mengapa lebih memilih mesir untuk kita jadikan sebagai tempat menimba ilmu demi meraih apa yang kita inginkan. Sebagaimana yang disampaikan oleh banyak ulama, bahwa mesir adalah sebagai kiblat ilmu (pusat ilmu), segilintir manusia berbondong-bondong dari penjuru dunia meninggalkan negeri tercinta, berpisah jauh dari keluarga tersayang, tidak lain tujuan utama datang ke mesir diantaranya adalah berusaha untuk menjadi regenerasi ulama yang mampu membawa ummat islam kepada cahaya akhlak serta cahaya pendidikan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
 Kita sebagai seorang hamba hanya mampu berusaha dan terus berdo’a atas setiap usaha yang telah kita lakukan. Dan bahwasannya kita hidup merantau, hidup di negeri orang, meninggalkan kedua orang tua yang telah susah payah mengeluarkan setiap tenaga yang dimiliki semata-mata hanya untuk anak nya tercinta dan Ini semua dilakukan untuk kita sebagai seorang duta bangsa yang diberikan amanat besar untuk menyegarkan ummat dengan menghadirkan segala sesuatu yang diajarkan oleh Baginda Muhammad SAW. Maka, dengan point ini mengingatkan kembali bahwa pilihan kita, mesir sebagai tempat untuk menimba ilmu itu adalah suatu kesempatan yang sangat berharga bak mutiara yang terdapat dilautan, sulit ditemukan akan tetapi memiliki nilai yang mahal jika kita mampu menemukannya. Begitu pun mesir, khususnya Al Azhar yang terbentang luas lautan ilmu yang ia miliki, Azhar pun telah banyak mengajarkan kita bagaimana menjadi seorang ulama yang Rabbani, Wasathi yang memiliki akhlak mulia seperti yang dicontohkan oleh Nabi SAW di dalam setiap perkataan, perbuatan, ketetapan yang ia sampaikan.
            Ini semua adalah nilai positif yang kita miliki terhadap Al Azhar akan tetapi perjuangan sebagai seorang pelajar tidak pernah luntur sebelum kita taklukan Azhar dengan mengikuti serta memahami metode yang diajarkan oleh Al Azhar dengan benar dan sesuai apa yang di inginkan oleh Al Azhar.

Poin ketiga adalah pergi untuk kembali. Pada hakikatnya kepergian kita meninggalkan negeri tercinta adalah untuk kembali membangun peradaban bangsa, mengajarkan ummat tentang bagaimana cara untuk menemukan kebahagiaan dunia akhirat serta menebarkan kebaikan kepada setiap makhluk hidup. Berbagai macam upaya yang dilakukan oleh kita, tidak lain tujuan nya adalah untuk mengamalkan apa yang telah kita dapati di tanah rantau ini. Coba kita renungkan sejenak, Tanya kepada diri sendiri, ilmu apa saja yang telah kita ketahui ? apakah kita sudah siap diri kembali pulang untuk membangun peradaban bangsa ? berapa sanad yang telah kita miliki ? apakah kita sudah pantas menjadi panutan ummat ketika kita pulang nanti ? dan seterusnya.

            Dari beberapa pertanyaan yang telah disebutkan, setidaknya dapat mengingatkan kita kembali kepada tujuan awal, kenapa dan mengapa kita sekarang berada di negeri yang jauh dari hangatnya kasih sayang kedua orang tua. Ada sebuah ungkapan indah yang mengatakan bahwa “Tak kenal maka tak sayang.“ maka untuk menimbulkan rasa semangat kita dalam menimba ilmu di mesir, sudah seharusnya kita mengenal para masyaikh yang mengajarkan ilmu kepada kita dan juga mengenal lebih jauh metode yang diajarkan oleh Al Azhar kepada anak-anaknya  dan seterusnya. Agar itu semua tercipta rasa sayang terhadap sebuah ilmu, sebuah cahaya yang tak pernah pudar di makan oleh waktu dan tempat. Sehingga ketika kita mencintai ilmu maka, Allah akan memudahkan kita dalam menemukan mutiara yang sangat berharga tersebut di negeri para nabi ini. Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Islamic Ethics

Kata ‘Ethic’ dalam bahasa Inggris didefinisikan sebagai etika, akhlak, atau budi pekerti. Tidak sedikit kata bahasa Indonesia merupakan ...