Egypt
dalam istilah bahasa inggris yang berartikan Negara mesir memiliki banyak
julukan diantaranya adalah negeri kinanah, negeri pada nabi, negeri cleopatra
dan masih banyak lagi. Bahkan nama mesir pun telah banyak disebutkan di dalam Al-Qur’an
diantaranya adalah sebagai berikut :
وَأَوْحَيْنَا
إِلَى مُوسَى وَأَخِيهِ أَنْ تَبَوَّآ لِقَوْمِكُمَا بِمِصْرَ بُيُوتًا
وَاجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قِبْلَةً وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَبَشِّرِ
الْمُؤْمِنِينَ (87)
“ Dan Kami Wahyukan kepada Musa AS dan saudaranya : “ Ambillah
olehmu berdua beberapa buah rumah di mesir untuk tempat tinggal bagi kaum mu
dan jadikanlah olehmu rumah –rumah mu itu tempat shalat dan dirikanlah olehmu
shalat serta gemberikanlah orang-orang yang beriman. “ ( Q. 10 : 87 )
وَقَالَ
الَّذِي اشْتَرَاهُ مِنْ مِصْرَ لِامْرَأَتِهِ أَكْرِمِي مَثْوَاهُ عَسَى أَنْ
يَنْفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا وَكَذَلِكَ مَكَّنَّا لِيُوسُفَ فِي
الْأَرْضِ وَلِنُعَلِّمَهُ مِنْ تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى
أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (21)
“ Dan orang mesir yang membelinya berkata kepada isterinya : “
berikanlah kepada tempat ( dan layanan ) yang baik, boleh jadi dia bermanfaat
kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak.” Dan demikian pula kami
memberikan kedudukan yang baik kepada yusuf di muka bumi ( Mesir ), dan agar
kami ajarkan kepada tabir mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-nya, tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahui-nya. “
فَلَمَّا
دَخَلُوا عَلَى يُوسُفَ آوَى إِلَيْهِ أَبَوَيْهِ وَقَالَ ادْخُلُوا مِصْرَ إِنْ
شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ (99)
“ Maka, tatkala mereka masuk ( bertemu ) yusuf , yusuf merangkul
dua ibu bapanya dan dia berkata : “ Masuklah kamu ke negeri mesir, Insya allah
dalam keadaan aman. “
وَنَادَى
فِرْعَوْنُ فِي قَوْمِهِ قَالَ يَا قَوْمِ أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَذِهِ
الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِنْ تَحْتِي أَفَلَا تُبْصِرُونَ (51)
“ Dan Fir’aun berseru kepada kaum nya ( seraya ) berkata : “ Wahai
kaumku, bukankah kerajaan mesir ini kepunyaanku dan ( bukankah ) sungai-sungai
mengalir dibawahku, maka apakah kamu tidak melihatnya ? ”
Ini semua adalah sebuah
keistimewaan yang diberikan oleh Alllah SWT untuk Negari Para Nabi, Mesir.
Dari tema yang saya
pilih, paling tidak ada tiga poin besar yang ingin penulis sampaikan kepada
pembaca sekalian.
Poin Pertama adalah mengenai tentang
Wajibul waqti. Sebuah identitas diri yang sekarang sedang kita jalani itu
menjadi amat penting untuk kita pahami, ketahui dangan benar sesuai apa yang
semestinya. wajibul waqti itu makna singkatnya adalah sesuatu yang menjadi
kewajiban kita yang sedang kita jalani. Cara mengetahui yang menjadi wajibul
waqti kita adalah dengan cara melihat status kita saat ini sebagai apa.
misalnya saja ;
yang
pertama Sebagai Hamba Allah, Sudahkah kita
menunaikan kewajiban kita terhadap apa yang telah diperintahkan dan dilarang
oleh tuhan yang telah menciptakan kita ? Renungkanlah !
yang
kedua sebagai seorang Anak bagi kedua orang tua
kita, Sudahkan kita sebagai anak telah membuat orang tua kita bahagia atas
prestasi yang kita raih, sudahkan memenuhi hal-hal yang menjadi kewajiban kita terhadap
kedua Orang tua kita ?
yang
ketiga sebagai seorang pelajar agama, lebih
spesifik lagi seorang pelajar yang sedang menekuni ilmu dalam bidang hadits,
Sudahkah kita menguasai istilah-istilah dalam ilmu hadits atau hal-hal yang
berkaitan dengan ilmu hadits ? Sudahkan bisa dapat dikatakan bahwa kita telah
sampai kepada tujuan utama seorang pelajar yang memperdalami ilmu hadits ?.
yang
keempat sebagai seorang suami bagi istri (bagi yang
sudah), sebagai seorang istri (bagi yang sudah), sudahkah kita menjalani apa
saja yang menjadi keharusan kita terhadap suami atau istri kita. ditambah lagi
sebagai ini, sebagai itu dan masih banyak lagi.
Dari beberapa penggalan pertanyaan tersebut maka benar
ungkapan mahsyur yang mengatakan “ Al-wajibatu aktsar minal awqat “ bahwa pada
hakikatnya kewajiban kita itu lebih banyak dari waktu yang kita miliki. Setelah
kita mengetahui, merenungi, serta memahami apa yang menjadi status kita saat
ini. Lalu kemudian timbul pertanyaan, Apakah kita sudah menjalani yang menjadi
kewajiban kita semua ? jika belum, maka, laksanakan apa yang menjadi kewajiban
kita karena hidup akan terasa tenang, tidak merasa memliki hutang sekalipun kita
di tuduh orang.
Poin kedua adalah berkaitan dengan pilihan kita, mengapa lebih memilih mesir
untuk kita jadikan sebagai tempat menimba ilmu demi meraih apa yang kita
inginkan. Sebagaimana yang disampaikan oleh banyak ulama, bahwa mesir adalah sebagai
kiblat ilmu (pusat ilmu), segilintir manusia berbondong-bondong dari penjuru
dunia meninggalkan negeri tercinta, berpisah jauh dari keluarga tersayang,
tidak lain tujuan utama datang ke mesir diantaranya adalah berusaha untuk
menjadi regenerasi ulama yang mampu membawa ummat islam kepada cahaya akhlak
serta cahaya pendidikan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Kita sebagai seorang hamba
hanya mampu berusaha dan terus berdo’a atas setiap usaha yang telah kita
lakukan. Dan bahwasannya kita hidup merantau, hidup di negeri orang,
meninggalkan kedua orang tua yang telah susah payah mengeluarkan setiap tenaga
yang dimiliki semata-mata hanya untuk anak nya tercinta dan Ini semua dilakukan
untuk kita sebagai seorang duta bangsa yang diberikan amanat besar untuk
menyegarkan ummat dengan menghadirkan segala sesuatu yang diajarkan oleh
Baginda Muhammad SAW. Maka, dengan point ini mengingatkan kembali bahwa pilihan
kita, mesir sebagai tempat untuk menimba ilmu itu adalah suatu kesempatan yang
sangat berharga bak mutiara yang terdapat dilautan, sulit ditemukan akan tetapi
memiliki nilai yang mahal jika kita mampu menemukannya. Begitu pun mesir,
khususnya Al Azhar yang terbentang luas lautan ilmu yang ia miliki, Azhar pun
telah banyak mengajarkan kita bagaimana menjadi seorang ulama yang Rabbani,
Wasathi yang memiliki akhlak mulia seperti yang dicontohkan oleh Nabi SAW di
dalam setiap perkataan, perbuatan, ketetapan yang ia sampaikan.
Ini semua adalah nilai positif yang kita miliki terhadap
Al Azhar akan tetapi perjuangan sebagai seorang pelajar tidak pernah luntur
sebelum kita taklukan Azhar dengan mengikuti serta memahami metode yang
diajarkan oleh Al Azhar dengan benar dan sesuai apa yang di inginkan oleh Al
Azhar.
Poin ketiga adalah pergi untuk
kembali. Pada hakikatnya kepergian kita meninggalkan negeri tercinta adalah untuk
kembali membangun peradaban bangsa, mengajarkan ummat tentang bagaimana cara
untuk menemukan kebahagiaan dunia akhirat serta menebarkan kebaikan kepada
setiap makhluk hidup. Berbagai macam upaya yang dilakukan oleh kita, tidak lain
tujuan nya adalah untuk mengamalkan apa yang telah kita dapati di tanah rantau
ini. Coba kita renungkan sejenak, Tanya kepada diri sendiri, ilmu apa saja yang
telah kita ketahui ? apakah kita sudah siap diri kembali pulang untuk membangun
peradaban bangsa ? berapa sanad yang telah kita miliki ? apakah kita sudah
pantas menjadi panutan ummat ketika kita pulang nanti ? dan seterusnya.
Dari beberapa pertanyaan yang telah disebutkan,
setidaknya dapat mengingatkan kita kembali kepada tujuan awal, kenapa dan
mengapa kita sekarang berada di negeri yang jauh dari hangatnya kasih sayang
kedua orang tua. Ada sebuah ungkapan indah yang mengatakan bahwa “Tak kenal
maka tak sayang.“ maka untuk menimbulkan rasa semangat kita dalam menimba ilmu
di mesir, sudah seharusnya kita mengenal para masyaikh yang mengajarkan ilmu
kepada kita dan juga mengenal lebih jauh metode yang diajarkan oleh Al Azhar
kepada anak-anaknya dan seterusnya. Agar
itu semua tercipta rasa sayang terhadap sebuah ilmu, sebuah cahaya yang tak
pernah pudar di makan oleh waktu dan tempat. Sehingga ketika kita mencintai
ilmu maka, Allah akan memudahkan kita dalam menemukan mutiara yang sangat
berharga tersebut di negeri para nabi ini. Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar